Senin, 07 Juni 2021

BULAN DAN BINTANG


 

SEORANG perempuan yang sedang duduk tengah menunggu sang kekasihnya, namanya Bintang. Corak wajahnya bagaikan kelap-kelip cahaya di malam hari. Dia duduk dengan sabar menunggu Bulan kekasihnya.

            Langit mulai mendung, awan berlari-lari kesana kemari menutupi jalan Bulan untuk menuju bintang. Perlahan nampaknya fajar akan tiba. Malam begitu cepat berlalu. Hingga ayam-ayam mulai berbunyian dan mentari pagi telah menyambut. Bintang bergegas pergi meniggalkan tempat siggahannya. Di daerah lain, tengah menunggu kedatangganya. Berharap akan jumpa kembali pada Bulan.

            Setelah sekian lama mereka tak bertemu, akhinya tuhan mempertemukan mereka kembali. Di sudut malam yang manis. Canda tawa yang tertangkap dari corak wajah si bintang saat bertemu bulan. Malam itu mereka habiskan dengan indah dan penuh kenangan. Menjalajahi makanan sana-sini dengan sang kekasih adalah hal terindah bagi bulan dan bintang. Nampaknya, bintang mulai merasa lelah dan perlahan terkikis awan biru yang menandakan pagi akan segera tiba. Pertemuan itu harus tersudahi dulu.

            Saat bintang pulang, tak henti-hentinya bintang bercerita pada awan, sang ibu bintang. Sang ibu pun terlihat senang melihat putri kecilnya telah tumbuh dewasa. Tapi, berbeda dengan thunder sang ayah, saat mendengarkan bintang bercerita tentang bulan. Ayah nampaknya marah, gelisah dan cemas. Setelah dia membesarkan putri kecilnya. Begitu saja ada seorang pria lain yang tertulis di hatinya.

Hari demi hari perlahan berganti, bintang berjalan menuju tempat dimana mereka akan bertemu. Saat langkah demi langkah menuju tempat itu. Bintang bertemu Senja yang kian menyapa dengan gelisah.

“bintang, hendak kemana dirimu hingga tergesah-gesah seperti ini” saut Senja yang menyapa.

“aku akan bertemu bulan, senja. Apakah kau sudah melihatnya?” tanya bintang

“aku sarankan agar kalian saling terbuka satu sama lain” jawab senja

“maksudmu???” perasaan bingung dan cemas bintang

“aku tak punya waktu untuk menjeaskan. Lebih baik kau tanya saja dengan bulan. Jika kau takut. Cobalah  mencari infomasi pada fajar. Aku harus pergi dulu. Malam telah tiba” jawab senja yang perlahan menghilang.

Beribu-ribu tanda tanya di benak bintang. Tentang apa yang senja katakan. Saat bulan datang. Rasa ingin bertanya, sepertinya mengebuh-gebuh dalam diri bintang. Tapi, setalah melihat kondisi bulan yang lagaknya kecapean. Bintang tak mau menambahi bebannya. Perlahan perbincangan menjadi hambar satu sama lain. Beberapa pertanyaan telah bintang tanyakkan tapi, beberapa  kali pula bulan berbohong. Bintang hidup dengan bulan bukan hanya sebulan dua bulan. Bintang sudah paham di mana saat bulan tengah berbohong. Tapi bintang tak ingin bertanya lebih dalam lagi pada bulan pastinya dia akan berbohong lagi dan lagi. Malam itu tersa hening tak ada yang menyemangatkan satu sama lain.

Tak lama kemudian fajar datang, tandanya mereka harus pergi dan menunggu di hari lain lagi. Bulan terlihat gembira saat melihat fajar datang dan bergegas menyuru bintang tuk pulang. Selepas itu bintang bergegas menjumpai fajar untuk bertanya tentang apa yang terjadi dengan bulan.

Ketika fajar melangkah untuk pulang, dengan sigap tangan lembut bintang menahannya dan bertanya apa yanng terjadi sebenarnya. Bintang tercengang setelah mendengarkan penjelasan fajar. Tentu saja bintang tak mudah percaya dengan omongan fajar begitu saja. Begitu yakinnya bahwa bulan adalah pria setia. Tapi, seiringnya waktu berjalan tingkah laku bulan semakin aneh dan cuek pada bintang. Disudut pagi yang mendung bintang mengikuti bulan. Meski awan-awan mendung menutupi bintang tapi bintang tak mudah untuk menyerah. Bintang terus mengikuti bulan dan pada akhirnya tetes air mata dari bintang membasahi bumi. Saat bintang melihat bulan bertemu matahari. Semua yang di katakan fajar itu benar. Semenjak itu pula langit menjadi mendung dan perlahan air mata bintang membasahi semuanya.

Saat malam tiba, tepatnya pada musim dingin bintang tak mau keluar dari kamarnya bintang kecewa dan ia terus menangis tampa henti. Perlahan sang ibu merasa bahwa anaknya sedang sedih. Dan akhirnya bintang meceritakan semuanya pada ibu. Tak di sangka ada thunder yang menguping di balik jendela kamar bintang. Thunder marah sekali rasanya ia ingin sekali membunuh bulan. Terdengar suara gemuru thunder di balik jendela, bintang bergegas-gegas keluar dan menghentikan sang ayah untuk melakukan hal kejam pada bulan.

Hari demi hari terus berganti, bulan yang bersama matahari tak kunjung berhenti. Pada suatu malam tepat pada tanggal 26 desember 2019 pertemuan bulan dan matahari di cafe gerhana yang begitu indah, tak di sangka thunder melihat semuanya. Kelakuan bulan terhadap anaknya sudah melampaui batas. Thunder pun marah sekali hingga dia mengeluarkan suara gemuruhnya yang khas itu. Langit seketika mendung burung-burung mengepakkan sayapnya dengan cepat ketakutan. Bintang mendengarkan amarah dari sang ayah yang begitu keras membuat dia semakin menangis. Malam itu setelah pertemuan bulan dan matahari terjadi hujan dan kilab yang luar biasa besarnya. Di saat itu bulan tercengang dan merasa bersalah.

Sekian lama bulan bersama matahari akhirnya bulan sadar dan memutuskan untuk kembali pada bintang. Beribu-ribu kali bulan meminta maaf pada thunder tapi itu sia-sia. Karena thunder tak mau anaknya berhubungan lagi dengan bulan. Oktober di minggu pertama akhirnya bulan memberanikan diri untuk meminta maaf secara langsung pada bintang. Tapi sayang, bintang tak mau membuka pintu kamarnya untuk bulan. Perjuangan  bulan untuk minta maaf tak sampai di situ saja. Setiap hari ia datang ke rumah bintang. Hingga pada minggu ke 4 bulan tak datang karena sakit. Bulan lupa akan makan dan istirahat hingga pada minggu ke 4 ini bulan kurus sekali dan rasanya ia tak kuat untuk pergi lagi. Di malam yang sabit itu bulan hanya menitip pesan pada kelelawar yang bertebangan untuk memberitahu si bintang kondisinya sekarang ini. saat bintang mendengarkan kabar itu, ia pun mau untuk menemui bulan. Bagaimanapun bintang tetap mencintainya. Bintang tak mau kehilangan bulan.  Ayah dan ibu bintang pun tak bisa menahannya. Mereka pun ingin melihat bintang tersenyum kembali.

Akhirnya saat bintang merawat bulan yang sedang sakit. Hari demi hari bulan pun bersinar seperti bulan purnama lagi. Berkat hadirnya bintang bulan bisa melewati detik-detik mautnya. Dan semenjak itu mereka hidup bahagia kembali.