SEORANG
perempuan yang sedang duduk tengah menunggu sang kekasihnya, namanya Bintang.
Corak wajahnya bagaikan kelap-kelip cahaya di malam hari. Dia duduk dengan
sabar menunggu Bulan kekasihnya.
Langit mulai mendung, awan
berlari-lari kesana kemari menutupi jalan Bulan untuk menuju bintang. Perlahan
nampaknya fajar akan tiba. Malam begitu cepat berlalu. Hingga ayam-ayam mulai
berbunyian dan mentari pagi telah menyambut. Bintang bergegas pergi meniggalkan
tempat siggahannya. Di daerah lain, tengah menunggu kedatangganya. Berharap
akan jumpa kembali pada Bulan.
Setelah sekian lama mereka tak
bertemu, akhinya tuhan mempertemukan mereka kembali. Di sudut malam yang manis.
Canda tawa yang tertangkap dari corak wajah si bintang saat bertemu bulan.
Malam itu mereka habiskan dengan indah dan penuh kenangan. Menjalajahi makanan
sana-sini dengan sang kekasih adalah hal terindah bagi bulan dan bintang.
Nampaknya, bintang mulai merasa lelah dan perlahan terkikis awan biru yang menandakan
pagi akan segera tiba. Pertemuan itu harus tersudahi dulu.
Saat bintang pulang, tak
henti-hentinya bintang bercerita pada awan, sang ibu bintang. Sang ibu pun
terlihat senang melihat putri kecilnya telah tumbuh dewasa. Tapi, berbeda
dengan thunder sang ayah, saat mendengarkan bintang bercerita tentang bulan.
Ayah nampaknya marah, gelisah dan cemas. Setelah dia membesarkan putri kecilnya.
Begitu saja ada seorang pria lain yang tertulis di hatinya.
Hari
demi hari perlahan berganti, bintang berjalan menuju tempat dimana mereka akan
bertemu. Saat langkah demi langkah menuju tempat itu. Bintang bertemu Senja
yang kian menyapa dengan gelisah.
“bintang,
hendak kemana dirimu hingga tergesah-gesah seperti ini” saut Senja yang
menyapa.
“aku
akan bertemu bulan, senja. Apakah kau sudah melihatnya?” tanya bintang
“aku
sarankan agar kalian saling terbuka satu sama lain” jawab senja
“maksudmu???”
perasaan bingung dan cemas bintang
“aku
tak punya waktu untuk menjeaskan. Lebih baik kau tanya saja dengan bulan. Jika
kau takut. Cobalah mencari infomasi pada
fajar. Aku harus pergi dulu. Malam telah tiba” jawab senja yang perlahan
menghilang.
Beribu-ribu
tanda tanya di benak bintang. Tentang apa yang senja katakan. Saat bulan
datang. Rasa ingin bertanya, sepertinya mengebuh-gebuh dalam diri bintang.
Tapi, setalah melihat kondisi bulan yang lagaknya kecapean. Bintang tak mau
menambahi bebannya. Perlahan perbincangan menjadi hambar satu sama lain.
Beberapa pertanyaan telah bintang tanyakkan tapi, beberapa kali pula bulan berbohong. Bintang hidup
dengan bulan bukan hanya sebulan dua bulan. Bintang sudah paham di mana saat
bulan tengah berbohong. Tapi bintang tak ingin bertanya lebih dalam lagi pada
bulan pastinya dia akan berbohong lagi dan lagi. Malam itu tersa hening tak ada
yang menyemangatkan satu sama lain.
Tak
lama kemudian fajar datang, tandanya mereka harus pergi dan menunggu di hari
lain lagi. Bulan terlihat gembira saat melihat fajar datang dan bergegas
menyuru bintang tuk pulang. Selepas itu bintang bergegas menjumpai fajar untuk
bertanya tentang apa yang terjadi dengan bulan.
Ketika
fajar melangkah untuk pulang, dengan sigap tangan lembut bintang menahannya dan
bertanya apa yanng terjadi sebenarnya. Bintang tercengang setelah mendengarkan
penjelasan fajar. Tentu saja bintang tak mudah percaya dengan omongan fajar
begitu saja. Begitu yakinnya bahwa bulan adalah pria setia. Tapi, seiringnya
waktu berjalan tingkah laku bulan semakin aneh dan cuek pada bintang. Disudut
pagi yang mendung bintang mengikuti bulan. Meski awan-awan mendung menutupi
bintang tapi bintang tak mudah untuk menyerah. Bintang terus mengikuti bulan
dan pada akhirnya tetes air mata dari bintang membasahi bumi. Saat bintang
melihat bulan bertemu matahari. Semua yang di katakan fajar itu benar. Semenjak
itu pula langit menjadi mendung dan perlahan air mata bintang membasahi
semuanya.
Saat
malam tiba, tepatnya pada musim dingin bintang tak mau keluar dari kamarnya
bintang kecewa dan ia terus menangis tampa henti. Perlahan sang ibu merasa
bahwa anaknya sedang sedih. Dan akhirnya bintang meceritakan semuanya pada ibu.
Tak di sangka ada thunder yang menguping di balik jendela kamar bintang.
Thunder marah sekali rasanya ia ingin sekali membunuh bulan. Terdengar suara
gemuru thunder di balik jendela, bintang bergegas-gegas keluar dan menghentikan
sang ayah untuk melakukan hal kejam pada bulan.
Hari
demi hari terus berganti, bulan yang bersama matahari tak kunjung berhenti.
Pada suatu malam tepat pada tanggal 26 desember 2019 pertemuan bulan dan
matahari di cafe gerhana yang begitu indah, tak di sangka thunder melihat
semuanya. Kelakuan bulan terhadap anaknya sudah melampaui batas. Thunder pun
marah sekali hingga dia mengeluarkan suara gemuruhnya yang khas itu. Langit
seketika mendung burung-burung mengepakkan sayapnya dengan cepat ketakutan.
Bintang mendengarkan amarah dari sang ayah yang begitu keras membuat dia
semakin menangis. Malam itu setelah pertemuan bulan dan matahari terjadi hujan
dan kilab yang luar biasa besarnya. Di saat itu bulan tercengang dan merasa bersalah.
Sekian
lama bulan bersama matahari akhirnya bulan sadar dan memutuskan untuk kembali
pada bintang. Beribu-ribu kali bulan meminta maaf pada thunder tapi itu
sia-sia. Karena thunder tak mau anaknya berhubungan lagi dengan bulan. Oktober
di minggu pertama akhirnya bulan memberanikan diri untuk meminta maaf secara
langsung pada bintang. Tapi sayang, bintang tak mau membuka pintu kamarnya
untuk bulan. Perjuangan bulan untuk
minta maaf tak sampai di situ saja. Setiap hari ia datang ke rumah bintang.
Hingga pada minggu ke 4 bulan tak datang karena sakit. Bulan lupa akan makan
dan istirahat hingga pada minggu ke 4 ini bulan kurus sekali dan rasanya ia tak
kuat untuk pergi lagi. Di malam yang sabit itu bulan hanya menitip pesan pada
kelelawar yang bertebangan untuk memberitahu si bintang kondisinya sekarang
ini. saat bintang mendengarkan kabar itu, ia pun mau untuk menemui bulan. Bagaimanapun
bintang tetap mencintainya. Bintang tak mau kehilangan bulan. Ayah dan ibu bintang pun tak bisa menahannya.
Mereka pun ingin melihat bintang tersenyum kembali.
Akhirnya
saat bintang merawat bulan yang sedang sakit. Hari demi hari bulan pun bersinar
seperti bulan purnama lagi. Berkat hadirnya bintang bulan bisa melewati
detik-detik mautnya. Dan semenjak itu mereka hidup bahagia kembali.